TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Djayadi Hanan menilai debat capres putaran kedua tak banyak berpengaruh pada elektabilitas kedua capres. "Dari banyak pengalaman di Amerika Serikat misalnya, ya paling bisa menaikkan atau menurunkan sekitar 2-3 persen," kata dia saat dihubungi Tempo, Senin, 18 Februari 2019.
Berita terkait: Ma'ruf Amin Tak Akan Tiru Gaya Jokowi dalam Debat - Pilpres
Debat capres putrana kedua telah berlangsung di Hotel Sultan, Jakarta, pada Ahad, 17 Februari 2019. Debat selama 90 menit itu membahas isu sumber daya alam, energi dan pangan, lingkungan hidup, serta infrastruktur. Debat mempertemukan calon presiden urutan 01 Joko Widodo alias Jokowi dengan Prabowo Subianto, capres urutan 02.
Sampai saat ini belum ada lembaga survey yang merilis bagaimana elektabilitas kedua pasangan calon (paslon) pasa debat capres putraan kedua. Namun sebagai perbandingan, usai debat jilid 1 ada dua lembaga riset yang melakukan sigi, dan elektabilitas kedua paslon memang tak beranjak drastic.
Dua lembaga itu adalah LSI Denny JA dan Populi Center. Mereka merilis hasil survei elektabilitas dua paslon, dan hasilnya elektabilitas mereka stagnan. Angkanya tak berubah seperti yang selalu dipeorleh selama lima bulan setelah penetapan calon presiden dan calon wakil presiden.
"Hasil survei kami, elektabilitas kedua paslon cenderung stagnan dengan jarak elektabilitas yang juga stabil," ujar peneliti LSI Denny JA, Adjie Alfaraby di kantor LSI, Jakarta Timur pada Kamis, 7 Februari 2019.
Djayadi mengatakan, meski tak mempengaruhi elektabulitas, namun hasil debat capres bisa merambah pada swing voters. "Kalau para penonton melihat ada pemenang yang cukup jelas dalam debat capres itu, maka berpotensi mempengaruhi para pemilih swing voters," ujar Djayadi saat dihubungi Tempo, Senin, 18 Februari 2019.
SYAFIUL HADI | DWI NURITA